Diberdayakan oleh Blogger.

Pengolahan Citra Pada Oculus Rift

Oculus Rift, Kacamata Virtual Reality untuk Gamers



Oculus Rift sekilas tampak seperti sepasang kacamata ski. Di dalamnya terdapat dua lensa, satu untuk setiap mata, yang mengarah pada layar LCD tunggal. Layar akhir akan menjadi 7 inci, sedang prototipe yang diuji 5,6 inci. Layar itu memberikan dua gambar terpisah, satu untuk masing-masing mata, sehingga pengguna mendapatkan stereoscopic 3-D.



Inilah yang menakjubkan, yakni sensor di accelerometer dan gyroscope yang masuk ke dalamgame PC. Ketika pengguna memutar kepala, pandangannya bergerak hampir sempurna dengan alat ini, 360 derajat, serta pandangan ke atas dan ke bawah."Hal ini pengalaman interaktif yang paling mendalam yang pernah saya lihat," ujar Dan Nosowitz dari Popular Science.



Situs Oculus mengatakan Rift menggunakan teknologi pelacakan khusus yang membuat latencypelacakan kepala 360 derajat sangat rendah sehingga memungkinkan pengguna secara mulus melewati dunia maya seperti di kehidupan nyata. Setiap gerakan halus kepala pengguna dilacak secara real time sehingga menciptakan pengalaman alami dan intuitif.

Perangkat canggih ini bekerja seperti sebuah peripheral. Anda menghubungkan ke komputer Anda dan bermain game PC dengannya. Ia membutuhkan sebuah PC gaming berkemampuan besar pada saat ini. Oculus Rift dimulai sebagai proyek hobi Palmer Luckey. Pria ini mengawali idenya dengan membongkar smartphone dan lantas membuatnya sebagai pendahulu Oculus Rift.

Luckey menulis proyeknya di sebuah forum, tempat dia bertemu John Carmack, seorang legendagame pencipta Doom, Quake, Wolfenstein 3D dan banyak lagi. Carmack meminta Luckey melakukan pengujian produk. Ia menyukainya dan menjadi pendukung terbesarnya.

Carmack juga membawa Luckey ke atas panggung di konvensi game E3 dan bahkan membantunya dalam proses pengembangan. Kemudian proyek itu digarap Kickstarter, sebuah platform pendanaan terbesar di dunia untuk proyek-proyek kreatif.

Ketika menguji layar prototipe Oculus Rift, Nosowitz mengakui tim pengembang telah bekerja sangat keras untuk menghilangkan latency yang terjadi. Desainnya juga sedikit berbeda.

"Tapi apa yang begitu mengejutkan dan mengesankan tentang Oculus Rift adalah bahwa ia benar-benar bekerja," kata Nosowitz, Rabu, 5 Februari 2014.

Pengguna yang memakai Oculus Rift akan masuk ke dunia yang sama sekali baru. Gerakan tubuh mereka bakal merespons seperti di dunia nyata. Sangat nyaman dan alatnya tidak terlalu berat, hanya 369 gram. Benar-benar seperti kacamata ski.

Rift menyediakan sudut pandang sekitar 110 derajat. Kombinasi sudut pandang lebar dengan pelacakan kepala dan stereoscopic 3D inilah yang diklaim pengembangnya menciptakan pengalaman virtual reality masa depan.

Satu-satunya masalah yang ditemukan Nosowitz adalah kecenderungan untuk memindahkan seluruh tubuhnya dan bukan hanya headset. Jika Anda bersandar untuk melihat sekitar sudut, misalnya, headset tidak dapat menerjemahkannya ke dalam gerakan dalam game


Popularitas Oculus Rift menginspirasi perusahaan lain untuk membawa lebih jauh eksperiens virtual reality(VR). Salah satunya Omni, yang di desain oleh Virtuix. Omni—dipasangkan dengan Oculus—akan membuat pengguna benar-benar berada dalam sebuah game.

Omni adalah hardware semacam treadmill. Pemain game bisa berjalan atau berlari 
diatasnya. Permukaannya di desain khusus dengan bentuk octagonal. Sedangkan pengguna memakai sepatu dengan sensor. Ada sabuk yang menjaga agar pengguna tidak terjatuh saat bergerak dan tetap stabil.




Untuk menjaga harganya tetap murah, Omni tidak memiliki komponen bergerak. Dan ketika tidak digunakan, perangkat tersebut bisa dipakai dibongkar dan disimpan seperti alat fitness pada umumnya. Ketika di program, pemain dapat berlari, berjalan, berbelok, bahkan loncat.



Berikut adalah video review oculus rift DK2 :



sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar