Situs cagar budaya monumen pahlawan nasional Emmy Saelan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tepatnya di Jalan Hertasning Timur sekitar kompleks Perumnas Panakkukang, tidak terawat. kondisi monumen tersebut cenderung disalahgunakan.
Selain digunakan sebagai pangkalan gerobak pedagang kaki lima (PKL), juga tempat parkir kendaraan warga sekitar monumen. Rumput liar dan ilalang sudah merambah sepertiga dari luas halaman monumen yang dahulu kerap digunakan sebagai lokasi upacara peringatan hari Pahlawan itu.
“Sangat kita sayangkan karena monumen pahlawan nasional Emmy Saelan tidak terawat dan kesannya dibiarkan terbengkalai di tengah pesatnya pembangunan,” keluh Samsul, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar .
Pada era 1980-an, menurut warga kompleks Perumnas Panakukang itu, biasanya pelajar dilibatkan untuk perawatan monumen. Namun, belakangan ini sudah tidak ada lagi kegiatan yang melibatkan pelajar, mahasiswa apalagi warga untuk membersihkan situs cagar budaya pahlawan nasional tersebut.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Makassar, Hamzah Hamid mengaku sangat menyayangkan kurangnya perhatian Pemkot Makassar dalam mengelola dan mengendalikan pemanfaatan ruang yang berdekatan dengan objek situs cagar budaya.
"Kami berharap ada upaya optimal dari Pemkot Makassar agar area monumen Emmy Saelan tidak dijadikan lahan parkir gerobak-gerobak PKL yang berjualan di sekitar Jalan Hertasning dan sekitar kompleks Perumnas Panakukang di malam hari,” ujar Hamzah Hamid.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto berjanji akan menindaklanjuti temuan tidak terawatnya situs cagar budaya pahlawan nasional Emmy Saelan. “Yang pasti kami akan berupaya berkoordinasi dengan pemprov Sulsel dan pemerintah pusat terkait masalah perawatannya," kata dia.
Emmy Saelan adalah pejuang wanita kelahiran Makassar pada 15 oktober 1924. Ayahnya, Amin Saelan, adalah tokoh pergerakan taman siswa di Makassar dan sekaligus penasihat organisasi pemuda. Salah seorang adiknya yang laki-laki, Maulwi Saelan, adalah tokoh pejuang dan pernah menjadi pengawal Bung Karno. Meski seorang perawat dan dan kepala bagian palang merah, Emmy Saelan ikut bertempur di garis depan.
Selain digunakan sebagai pangkalan gerobak pedagang kaki lima (PKL), juga tempat parkir kendaraan warga sekitar monumen. Rumput liar dan ilalang sudah merambah sepertiga dari luas halaman monumen yang dahulu kerap digunakan sebagai lokasi upacara peringatan hari Pahlawan itu.
“Sangat kita sayangkan karena monumen pahlawan nasional Emmy Saelan tidak terawat dan kesannya dibiarkan terbengkalai di tengah pesatnya pembangunan,” keluh Samsul, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar .
Pada era 1980-an, menurut warga kompleks Perumnas Panakukang itu, biasanya pelajar dilibatkan untuk perawatan monumen. Namun, belakangan ini sudah tidak ada lagi kegiatan yang melibatkan pelajar, mahasiswa apalagi warga untuk membersihkan situs cagar budaya pahlawan nasional tersebut.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Makassar, Hamzah Hamid mengaku sangat menyayangkan kurangnya perhatian Pemkot Makassar dalam mengelola dan mengendalikan pemanfaatan ruang yang berdekatan dengan objek situs cagar budaya.
"Kami berharap ada upaya optimal dari Pemkot Makassar agar area monumen Emmy Saelan tidak dijadikan lahan parkir gerobak-gerobak PKL yang berjualan di sekitar Jalan Hertasning dan sekitar kompleks Perumnas Panakukang di malam hari,” ujar Hamzah Hamid.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto berjanji akan menindaklanjuti temuan tidak terawatnya situs cagar budaya pahlawan nasional Emmy Saelan. “Yang pasti kami akan berupaya berkoordinasi dengan pemprov Sulsel dan pemerintah pusat terkait masalah perawatannya," kata dia.
Emmy Saelan adalah pejuang wanita kelahiran Makassar pada 15 oktober 1924. Ayahnya, Amin Saelan, adalah tokoh pergerakan taman siswa di Makassar dan sekaligus penasihat organisasi pemuda. Salah seorang adiknya yang laki-laki, Maulwi Saelan, adalah tokoh pejuang dan pernah menjadi pengawal Bung Karno. Meski seorang perawat dan dan kepala bagian palang merah, Emmy Saelan ikut bertempur di garis depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar